Senin, 21 September 2015

KESALAHAN PEMAKAIAN MASKER

Masker Digunakan Terbalik? Hoax!
Usai meletusnya gunung Kelud, beredar informasi tentang cara penggunaan masker. Melalui media sosial seeperti blackberry, facebook dan twitter, beredar gambar dua buah masker. Yang pertama, masker dengan warna biru di luar dan masker dengan warna putih di luar. Di bagian bawah gambar terdapat tulisan dalam bahasa Inggris, yang mengesankan bahwa informasi itu dari sumber terpercaya.

Gambar itu disertai dengan keterangan sebagai berikut: " Ternyata dua sisi di dalam masker itu ada perbedaan fungsi dalam memakainya.Kalau kita lagi sakit (semisal flu) maka sisi putih menempel di muka berfungsi untuk mencegah mikro-organisme keluar dari mulut dan hidung kita yang bisa menyebar ke tubuh orang lain. Sedang kalau untuk mencegah partikel-partikel (seperit debu vulkanik) atau mikro-organisme masuk ke tubuh kita, maka pemakaian masker dibalik. Sisi putih berada di luar dan sisi yang berwarna menempel di muka." Saya tidak serta-merta mengamini informasi ini. Saya kemudian mencari rujukannya di internet, tapi belum ada sumber terpercaya yang mengkonfirmasi informasi ini. Lalu saya berganti strategi. Saya menggunakan fasilitas google image dengan mengunggah gambar di atas. Hasilnya, saya menemukan bahwa sumber gambar itu berasal dari produsen masker penutup hidung untuk bedah dengan merek 3M. Berikut ini gambar aslinya.

Dalam website ini tidak disinggung-singgung sama sekali tentang penggunaan masker secara terbalik. Lalu mengapa ada gambar masker berwarna putih? Ternyata mereka memproduksi 2 jenis masker, yaitu yang berwarna hijau dan berwarna putih. Itu berarti bahwa masker yang berwarna putih itu bukan masker yang dibalik.

Dari temuan ini saya menyimpulkan bahwa gambar yang beredar adalah hoax alias informasi palsu. Masker yang Benar Lalu bagaimana cara menggunakan masker yang benar? Perlu diketahui ada dua jenis masker, yaitu masker bedah dan masker pernafasan. Masker yang banyak beredar di masyarakat adalah masker bedah. Masker ini selalu digunakan oleh tenaga medis yang berada di ruang operasi untuk menutup mulut dan hidungnya. Tujuannya supaya mereka tidak menularkan bakteri dan virus kepada pasien yang sedang dioperasi. Di dalam masker ini terdiri dari  tiga lapisan: 1. Lapisan paling dalam yang berwarna putih. Ini adalah lapisan yang paling nyaman karena bersentuhan dengan kulit wajah kita. 2. Lapisan tengan adalah filter statis.  lapisan ini terbuat dari bahan yang disebut spunbond non woven. Fungsinya adalah untuk menghalangi apabila air liur yang mengandung penyakit menyebar seperti batuk atau bersin. 3. Lapisan luar yang merupakan material khusus mencegah masuknya mikropartikel. Dengan memperhatikan susunan ini, maka menggunakan masker secara terbalik justru tidak menguntungkan karena wajah kita akan bersentuhan dengan lapisan yang kasar sehingga ada kemungkinan terjadi iritasi. Selain itu, penggunaan secara terbalik juga tidak memiliki pengaruh secara signifikan. Dalam situasi bencana turunnya abu vulkanik, penggunaan masker bedah sebenarnya tidak dianjurkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Alasannya, air, udara dan debu masih bisa masuk melalui pori-pori. Masker jenis ini harus diganti setiap 4 jam sekali, karena uap air dari pernapasan bisa membuat masker basah dan merusak pori-porinya. Meski demikian, penggunaan masker ini masih lebih baik daripada tidak sama sama sekali asalkan dipasang dengan rapat. Kawat ada bagian hidung dibengkokkan dan tidak ada celah pada pinggir-pinggir masker sehingga memungkinkan masuknya material abu vulkanik dari arah samping. Masker yang cocok untuk mencegah masuknya abu vulkanik ke dalam pernafasan adalah  N-95 atau N-100. Masker ini menggunakan bahan mirip stereofoam, tebal, memiliki sungkup yang bisa menyaring udara masuk hingga 95 persen. Masker ini  juga dilengkapi kawat yang bisa ditekan di atas hidung, sehingga memperkecil celah udara. Masker jenis ini sifatnya sekali pakai, namun bisa digunakan lebih lama, sekitar 2 hingga 3 hari. Sayangnya masyarakat tidak senang mengenakannya karena terasa pengap dan harganya 100 kali lebih mahal daripada masker bedah.

Satu buah masker N-95 dibandrol sekitar Rp. 200.000,- Masyarakat awam tentu tidak banyak yang mampu membelinya. Lalu bandingkan dengan harga mobil mewah milik tersangka korupsi Tubagus Wardana, adik Ratu Atut. Satu mobil mewahnya setara dengan 30 ribu lembar masker N-95. Padahal jumlah mobil yang disita KPK telah mencapai 40 buah.
----------

Update:

Seorang teman di Facebook memberi info tambahan:
Arah lipatan masker bedah itu bukan tanpa maksud. Pada posisi warna hijau di luar, arah lipatan adalah ke bawah sehingga tidak membentuk kantong sebagai penampung debu.
Jika masker dibalik (bagian putih di luar) dan bagian kawat berada di atas, maka arah lipatannya juga ikut terbalik. Bagian kantong akan mengarah ke atas. Hal itu justru akan menampung debu. Supaya tidak membentuk kantong, maka bagian kawat berada di bawah. Itu artinya bagian hidung tidak menutup dengan rapat. Jadi pembalikkan masker justru lebih banyak mudharatnya daripada manfaat.
Seorang teman, yang juga dokter, menambahkan cara memakai masker standar adalah: labirin yang licin berada sebagai filter di luar. Arah lipatan ke bawah. Jahitan tali pengikat di sebelah dalam, tali yang keras di bawah.

------------------------------
Karena menteri Indonesia belum merespons soal ini, maka baiklah saya tampilkan menteri Malaysia yang mendemonstrasikan cara memakai masker yang benar. Lucunya, dia memakai bahasa Malnglish (campuran Malayu dan dan English)

7 PENYAKIT KARNA ASAP KEBAKARAN

Saat ini dilaporkan terjadi peningkatan kabut asap kebakaran hutan, terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan. Gejalanya semakin parah dengan munculnya kekeringan yang melanda beberapa daerah di Indonesia karena musim kemarau.
Hal inilah yang dianggap berbahaya oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI.
"Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun sakit. Pada kondisi kesehatan tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gangguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak," kata Prof. Tjandra, kepala Balitbangkes RI.
Tjandra menjelaskan ada beberapa jenis gangguan kesehatan akibat kabut asap kebakaran hutan. Berikut di antaranya:
1. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal atau setempat pada selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan yang memang langsung kena asap kebakaran hutan. Serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
2. Gangguan serupa juga dapat terjadi di mata dan kulit, yang langsung kontak dengan asap kebakaran hutan, menimbulkan keluhan gatal, mata berair, peradangan dan infeksi yang memberat.
3. Dampak kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK. Karena asap kebakaran hutan akan masuk terhirup ke dalam paru. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
4. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dll penyebab penyakit (agent) dan buruknya lingkungan (environment).
5. Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi. Kalau kemudian air dan makanan terkontaminasi itu dikonsumsi masyarakat, maka bukan tidak mungkin terjadi gangguan saluran cerna dan penyakit lainnya.
6. Secara umum maka berbagai penyakit kronik di berbagai organ tubuh (jantung, hati, ginjal dll) juga dapat saja memburuk. Ini terjadi karena dampak langsung kabut asap, maupun dampak tidak langsung di mana kabut asap menurunkan daya tahan tubuh dan juga menimbulkan stres.
7. Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakit kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.

Sabtu, 19 September 2015

AKIBAT DARI ASAP

Musibah kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan telah meluas di seluruh wilayah Riau, dan daerah sekitarnya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kondisi kualitas udara di daerah ini sudah masuk pada level berbahaya.    

Menanggapi musibah ini, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dan waspada terhadap 8 masalah kesehatan akibat kabut asap.  

  1. kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungki juga infeksi.  
  2. kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, dan penyakit paru kronik.  
  3. kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah serta mengalami kesulitan bernapas.  
  4. bagi yang berusia lanjut dan anak-anak , yang punya penyakir kronik dengan daya tahan tubuh rendah serta wanita yang sedang hamil, akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.  
  5. kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi. 
  6. secara umum berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.  
  7. bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.   
  8. infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lebih mudah terjadi.   "Terutama karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh, pola bakteri atau virus penyebab penyakit dan buruknya lingkungan," kata Tjandra.  

Untuk melindungi diri dari risiko gangguan kesehatan akibat kabut asap tersebut, menurut Tjandra, masyarakat perlu melakukan 8 langkah berikut.   

  1. masyarakat perlu menghindari atau kurangi aktivitas di luar rumah/gedung, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan.  
  2. jika terpaksa pergi ke luar rumah/gedung maka sebaiknya menggunakan masker.  
  3. minumlah air putih lebih banyak dan lebih sering.  
  4. bagi yang telah mempunyai gangguan paru dan jantung sebelumnya, mintalah nasehat kepada dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi. "Segera berobat ke dokter atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila mengalami kesulitan bernapas atau gangguan kesehatan lain," kata Tjandra.  
  5. selalu lakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), seperti makan bergizi, jangan merokok, dan istirahat yang cukup. 
  6. upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah / sekolah / kantor dan ruang tertutup lainnya.  
  7. penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik.  
  8. buah-buahan dicuci sebelum dikonsumsi.  Di samping bahan makanan dan minuman yang dimasak perlu di masak dengan baik.